Tak sekuat matahari

Berapa lama waktu berlalu agar ku bisa seikhlas matahari, yang tulus mencintai bumi yang hanya memberi cahaya penghidupan kepada seluruh isinya tanpa meminta hasil jerih payahnya kembali, yang terus menjadi pusat keselarasan perputaran waktu

Aku tak sekuat itu..

Entah

Di tanah yang kita pijak bersama lalu aku memusarakan mimpi pada ombak dan desir angin, yang kerap kali kau abaikan.. untuk apa sudah ia berhembus?

Sekeras itukah?, sehingga tak lagi mampu kau baca garis-garis kecewa pada raut wajahku dan tetesan air mataku.. Sedangkan aku menyayangimu di kedalaman hatiku.. Lillaah..

Tapi untuk apa aku pertahankan jika tak ada secebis harapan pada kebekuan mu dan kakunya lakumu.. Sedangkan janji suci dimata Robb telah terucap.. beraltarkan harap di suatu saat kita kan temukan bahagia

Namun.. Aku hanya menjatuhkan berjuta tetes air mata digenangan tatapan tajammu pada sekepal bahagia yang menolak untuk kita rengkuh..

Adakah sisi lain serupa bisikan atau perasaan asing yang memojokkanmu atau dalam ketidak percayaan dan ketidak mampuanmu dalam pembenaran keruntuhan dinding ketegaranmu.. Ketegaran kita..

Lalu Aku tak lagi mengenalmu dalam ketiadaan yang tak pernah menunjukkan tentang arti apa itu airmata.. Serupa ketika sebuah riwayat dikumandangkan para penyair dalam khampaannya, lalu tak satupun kata menyisakan tentang arti dari setiap tetesannya..

Aku berlari..

Berlari dari semua itu.. Tertawa.. Tawa ibarat duri yang melukai hati.. Aku ingin mengenalmu sekali lagi.. dalam jarak yang sempat tertahan dalam kebekuanmu..

Ibu dari segala dosa

DOSA, KEBAIKAN DAN YANG HAK Aku kumpulkan sekalian dosa-dosa ku yang menghimpit jiwaku 

Aku melihat seluruh dunia adalah dosa izinkan aku meletakkan segala dosa di bawah tapak kaki ku. 
Aku hadapkan pandangan kepada kebaikan bila aku melihat diriku yang baik berdatangan diri-diri lain menghijab.. izinkan aku meletakkan segala kebaikan di bawah dosa-dosa. 
Aku berhadapan dengan keinginan-keinginan tanpa dosa jiwa belum tenang keinginan-keinginan menyeret kepada kegelisahan tidak sabar. 
Wajah keinginan memperlihatkan ego diri takut akan kesusahan dan kehinaan. 
Keinginan adalah dosa sebenar dosa-dosa lain adalah anak-anaknya walaupun anak-anak dikuburkan ibu akan terus melahirkan anak-anak yang baru. 
Bagaimana menghapuskan keinginan bukankah ia adalah diriku sendiri. 
Aku melihat kepada diriku terasa kesamaran di balik diri yang berkeinginan dalam kesamaran itu wujud diri yang suci murni tanpa keinginan. 
Ia tidak dikurung oleh jasad tiada ruang tiada zaman. 
Ia sentiasa damai dan tenteram namun ia tidak diberi kesempatan untuk memperlihatkan wajahnya. 
Kuburkan diri yang berkeinginan! 

Begitulah ucapan Mu yang di perdengarkan
Bila aku mendengar ucapan Mu aku melihat diri ku berada di tengah-tengah di antara Engkau dan diri yang berkeinginan aku melihat diri yang berkeinginan itu bukanlah aku yang sejati ia hanyalah bayang-bayang yang muncul dari pancaran cahaya Mu kepadaku yang terhijab 
Mengapa kepada bayang penglihatan ku tertuju sedangkan Engkau adalah cahaya dan aku yang menerima cahaya.. Sedangkan bayangan adalah kegelapan mengapa terpesona dengan kegelapan? 
Engkau terangi aku dengan cahaya Mu untuk ku kenali diriku agar pengenalan itu membuatku melihat cahaya Mu dan mengetahui bahwa cahaya Mu yang paling nyata sedangkan aku dan lain-lainnya adalah zarah-zarah yang terapung- apung di dalam angkasa raya cahaya Mu. 
Cahaya Mu yang tanpa warna tanpa rupa adalah kebijaksanaan tanpa tara dengannya segala menjadi nyata. 
Sekalian wajah-wajah adalah cermin wajah Mu cermin itu adalah keindahan keindahan adalah bayangan wajah Mu keindahan adalah rasa hati bukan bentuk bukan rupa.. apabila hati mesra di dalam keindahan Mu itulah penatapan wajah Mu.. bulat, leper, atau panjang putih, kuning atau hijau.. kemarin, hari ini atau esok semuanya tidak menjadi soal pada hati yang melihat keindahan wajah Mu. 
Hati itulah rahsia besar. 

Pandanglah Tuhan tanpa menggunakan mata Dia tidak pernah bersembunyi dengarlah ucapan tanpa menggunakan telinga Dia tidak pernah berhenti berkata-kata..
Iqro..

Iqro..

Iqro..

Iqro..

Bacalah, bacalah dengan menyebut namaTUHAN mu

Takan ada kata menyerah

Aku adalah benih poko yang jatuh terbuang terhempas angin menuju ladang tak bertuan.. Ku tegarkan pijakan berdiriku bertahan pada biduk patahan hari yang menenggelamkanku dan membantai mimpi

Kusulam asa dari serpihan hujan airmata bertumpukan do’a Bilakah esok akan bersinar terang.. Setelah mendung tak berkesudahan merundung hari- hari kelam hingga hilang semua temaram

Hujan ujian pun deras mengalir menimpa diri hingga basah sudah segala tadah.. Kubiarkan sunatullah mengubur diri dalam kesakitan, kepedihan, keperihan tapi maaf aku takan menyerah

Karena musim gugur pasti kan datang tuk menjatuhkan dedaunan yang mulai kelelahan atas kesabaran, lalu iakan melapuk membayar dengan kesuburan

Di saat musim semi datang mungkin aku kan tumbuh merindang.. Maka berteduhlah di bawahnya, dan ambilah buah yang ranum saat poko ku berbuah

Blog di WordPress.com.

Atas ↑